Rabu, 16 Desember 2009

Remaja Sehat itu Keren Loh

REMAJA SEHAT ITU KEREN LOH

Oleh Halimah

“Aku tak mau hidup lagi!!”, teriak Shanty. Ibunya hanya bisa menangis melihat keadaan putri semata wayangnya itu putus asa. Bagaimana tidak, waktu SD dan SMP Shanty sangat berprestasi di sekolahnya. Sekarang keadaan sudah berubah drastis semenjak Shanty masuk SMA.

Ayah Shanty meninggal dua hari yang lalu saat mendengar vonis dokter tentang Shanty. ”Anak Bapak positif HIV”, kata dokter. Ayah Shanty yang keadaan jantungnya lemah tak kuasa mendengar kabar buruk tentang putrinya itu langsung shock. Tak lama, serangan jantung pun merenggut nyawanya. Saat itu Shanty sedang dirawat di ruang ICU karena pendarahan hebat yang dialaminya. Shanty nekat pergi ke dukun beranak untuk menggugurkan kandungan, tapi naas pendarahan terjadi dan Shanty langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat.

”Semua ini salah Ibu, selama ini Ibu selalu sibuk bekerja. Seharusnya ibu selalu berada di dekatmu, tidak meninggalkanmu sendiri”, ratap ibu Shanty. Shanty hanya bisa menangis setelah mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal karena perbuatannya. Seakan kabar positif HIV belum cukup membuatnya menderita.

”Hidupku tak lama lagi Ibu, aku menyesal telah melakukan banyak sekali kesalahan. Narkoba, sex, rokok semua itu aku lakukan tanpa pernah berpikir. Sekarang aku harus menanggung semua akibat perbuatanku” tangis Shanty. Shanty memeluk ibunya dengan rasa penyesalan yang dalam.

Apa sich Kesehatan Reproduksi Remaja?

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Batasan usia remaja menurut WHO (World Health Organization, badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun.

Masa remaja merupakan masa yang sangat rentan dengan sex bebas, narkoba dan HIV/AIDS. Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena remaja merupakan masa pencarian jati diri, rasa ingin tau tinggi dan cenderung senang melakukan coba-coba terhadap hal-hal baru. Pada masa ini remaja sering terjerumus dalam sex bebas, dan narkoba. Jika tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja tinggi, terjalin komunikasi yang baik dengan keluarga, memiliki teman –teman yang baik, serta lingkungan yang sehat akan membentuk kita menjadi remaja yang sehat pula. Namun kenyataannya semua faktor di atas sering tak ada seperti ilustrasi di atas.

Kurangnya pendidikan kesehatan reproduksi remaja yang diberikan baik oleh orang tua, media masa (baik cetak maupun elektronik) dan pendidikan dari pihak sekolah membuat remaja tak puas dengan informasi yang sedikit. Lalu kemana mereka mencarinya? Remaja cenderung mencari informasi yang salah dengan cara yang salah misalnya browsing situs porno di internet dan menonton video porno. Kebanyakan remaja yang jarang berkomunikasi dengan keluarganya juga cenderung melakukan penyimpangan prilaku. Remaja cenderung bebas melakukan apa saja yang diinginkannya karena merasa tak ada yang melarang. Mulai mencoba-coba rokok, narkoba dan melakukan sex karena tak ada pengawasan orang tua. Kondisi lingkungan dan cara mencari teman juga berpengaruh besar pada kesehatan reproduksi remaja. Lingkungan yang kumuh dan tingkat kriminalitas tinggi merangsang remaja untuk melakukan hal yang sama dengan yang ada di lingkungan sekitarnya. Jika remaja berteman dengan orang-orang yang tak berpendidikan dan punya kebiasaan buruk, teman-temannya akan mudah mempengaruhi untuk merokok, menggunakan narkoba dan melakukan sex di luar nikah (beresiko terjadi kehamilan yang tak diinginkan). Bagaimana mengatasi hal ini? Tentu peran pihak sekolah dan orang tua dalam mendidik remaja sangat berpengaruh. Pemberian informasi yang tepat tentang kesehatan reproduksi remaja, selalu melakukan pengawasan dan komunikasi dengan remaja, serta dengan menciptakan lingkungan yang sehat.

Peran remaja sendiri gimana? Tidak sulit, kita hanya harus mencari informasi dari sumber yang benar dan orang yang benar serta berteman dengan orang-orang yang bergaul dengan sehat.

Sex bebas memicu aborsi

Sekarang sex bebas sudah semakin merajalela. Film VCD porno dijual bebas, situs internet berbau pornografi menjamur, dan acara televisi yang tak disensor merangsang remaja melakukan sex sebelum nikah. Sex yang dilakukan tanpa rasa tanggung jawab sering menimbulkan masalah bagi pelakunya sendiri. Contohnya kehamilan yang tak diinginkan, tertular penyakit menular seksual (PMS) khususnya HIV dan AIDS, resiko kanker leher rahim, dll merupakan akibat yang harus ditanggung karena pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kurang.

Kehamilan yang terjadi cenderung membuat remaja putri melakukan aborsi tak aman ke dukun beranak karena adanya peraturan larangan melakukan aborsi dengan bantuan dokter oleh pemerintah. Tentu saja aborsi ke dukun beranak sangat beresiko, selain beresiko pendarahan, organ reproduksi juga bisa rusak dan yang lebih mengerikan bisa berujung pada kematian. Seandainya pendarahan terjadi, tentu kita harus berurusan dengan rumah sakit yang artinya perbuatan yang telah dilakukan akan ketahuan juga oleh keluarga dan masyarakat. Lantas apa cukup sampai di situ? Tidak, remaja cenderung merasa trauma dengan kejadian yang telah dialaminya, merasa malu, takut dan kehilangan percaya diri di masyarakatnya menimbulkan rasa dendam pada diri remaja putri. Sehingga bukannya merasa kapok, mereka justru melampiaskan segala bentuk kemarahan dan kekecewaan dengan menjadi PSK (Pekerja Seks Komersial). Di sinilah peran keluarga dan teman diperlukan dalam meningkatkan kepercayaan diri si remaja putri, dengan memberikan semangat dan dukungan sehingga mereka bisa kembali ke kehidupan yang normal

Menikah dini merupakan solusi jika terjadi kehamilan yang tak diinginkan. Menikah dini dapat mencegah melakukan aborsi sehingga pendarahan dan kematian dapat dihindari. Tapi, umumnya remaja belum siap untuk menjadi orang tua, sehingga pernikahan yang dilakukan dini biasanya tidak berlangsung lama (terjadi perceraian). Perceraian yang terjadi mengakibatkan anak yang telah dilahirkan menjadi telantar dan tak terurus. Anak tersebut cenderung tak mendapat pendidikan ataupun bersekolah sehingga setelah besar akan menjadi beban negara karena tidak produktif. Lalu yang terjadi adalah Lost Generation (hilang satu generasi penerus bangsa). Solusi terbaik untuk masalah di atas adalah dengan tidak melakukan sex bebas sama sekali, selain tidak terjadi kehamilan yang tak diinginkan, remaja juga akan lebih sehat karena terhindar dari resiko kematian, trauma, kanker leher rahim, dan PMS khususnya HIV dan AIDS.

Pake Napza berawal dari rokok

Rokok merupakan gerbang menuju Napza (narkoba, psikotropika dan zat-zat adiktif). Sekarang di Indonesia, sebagian besar remaja sudah terbiasa merokok. Karena terbiasa merokok, akan terjadi kecenderungan meningkatkan dosis ke yang lebih tinggi. Sifat dasar remaja yang sering ingin mencoba-coba membuat mereka tak segan-segan memakai Napza. Ada banyak jenis Napza yang beredar di pasaran seperti ekstasi, ganja, morfin, sabu-sabu, putaw, dll. Efek dari Napza ini sendiri menimbulkan ketergantungan, merusak sistem syaraf, menimbulkan sikap apatis dan kepercayaan diri yang berlebihan (over pede) pada pemakainya.

Adapun cara menghindari penggunaan Napza adalah: 1) mencari teman yang sehat dan berprilaku baik (tidak menggunakan Napza atau merokok). Walaupun teman kita baik, tapi jika menggunakan Napza atau merokok, pasti mereka akan mencoba menawarkannya ke kita dan sulit bagi kita untuk menolaknya. Jadi akan lebih baik jika kita mencari teman yang berprilaku baik dan sehat dari awal. 2) menyibukkan diri dengan hal-hal atau kegiatan yang positif seperti menjadi anggota pencinta lingkungan , ikut kegiatan ekstrakurikuler, ikut organisasi sekolah atau kampus, dll. Dengan menyibukkan diri kita jadi tidak sempat memikirkan hal-hal negatif yang bisa merusak diri sendiri seperti Napza. 3) memperbanyak ibadah atau doa, dengan berdoa dan beribadah kita akan merasa malu dan berdosa memakai Napza karena melanggar larangan Tuhan. 4) mencari informasi tentang bahaya Napza sebanyak-banyaknya. Dengan semakin mengetahui bahaya penggunaan Napza, kita akan semakin takut menggunakannya. 5) yang paling penting tidak mencoba-coba Napza. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa remaja suka mencoba hal-hal baru. Tidak masalah jika yang dicoba-coba merupakan suatu penelitian, atau coba-coba merasakan makanan tradisonal di berbagai daerah. Selama coba-coba dilakukan pada hal-hal yang bersifat positif akan bagus sekali bagi perkembangan remaja. Tapi ”tidak pada Napza”, karena sekali kita mencobanya kita tak kan pernah lepas dari rasa ketagihan yang ditimbulkan.

Perangi HIV dan AIDS, rangkul ODHA dong

HIV adalah virus yang menyerang sel antibodi tubuh manusia (antibodi berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit infeksi), AIDS merupakan

penyakit yang disebabkan virus HIV karena kekebalan tubuh menurun.

Indonesia adalah salah satu negara Asia dengan kasus penularan penyakit yang berkembang paling cepat. Berdasarkan data HIV dan AIDS Komisi Penanggulangan AIDS, jumlah kasus HIV di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 293.000 kasus, pada tahun 2009 sebanyak 333.500 kasus. Diperkirakan tahun 2013 akan mencapai angka 482.800 kasus HIV. Jumlah yang meningkat pesat tersebut menunjukkan bahwa perkiraan pada tahun 2013 di atas dapat terjadi bila tidak ada upaya penanggulangan HIV dan AIDS secepatnya.

HIV dan AIDS sangat berbahaya karena mudah menular dan ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS) umumnya tidak menunjukkan gejala-gejala sakit pada awal penyakitnya, namun dapat menularkan HIV kepada orang lain. Oleh karena itu mekanisme penularan HIV dan AIDS perlu diketahui agar tidak tertular. HIV dan AIDS bisa menular melalui penggunaan jarum suntik, sex bebas, perilaku sex menyimpang (homoseksual), transfusi darah, dan melalui placenta ibu penderita HIV dan AIDS kepada bayinya.

Tak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Saat ini yang ada hanyalah obat yang berfungsi untuk memperlambat peningkatan jumlah virus HIV di dalam tubuh manusia. Terapi ini membutuhkan waktu perawatan yang lama dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Karena tidak adanya obat yang dapat mengobati HIV dan AIDS, maka pencegahan merupakan metode terbaik untuk menanggulangi penyakit ini.

ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS) adalah korban dari HIV dan AIDS. Salah besar jika muncul anggapan bahwa ODHA merupakan musuh yang perlu diperangi, karena musuh yang sebenarnya adalah HIV dan AIDS itu sendiri. Umunya ketakutan bergaul dengan ODHA disebabkan karena ODHA bisa menularkan HIV dan AIDS kepada orang-orang yang sehat. Jika ditelusuri ke belakang, tidak semua ODHA menderita AIDS karena perilaku buruk yang telah mereka lakukan, ada sebagian dari ODHA yang menderita HIV dan AIDS karena transfusi darah ataupun dari orang tua yang terinfeksi HIV saat masih di dalam kandungan. ODHA yang menderita HIV dan AIDS karena perilaku yang salah cenderung akan merasa menyesal dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Oleh karena itu, ODHA merasa putus asa, kehilangan semangat hidup dan iri dengan manusia sehat. Sungguh malang nasib mereka, selain menderita HIV dan AIDS yang perlahan-lahan tapi pasti menggerogoti tubuh, mereka juga merasa tak berdaya dalam melanjutkan hidup yang tersisa. Untuk itulah kita sebagai remaja semestinya bisa membantu dengan memberi dukungan dan semangat moril kepada ODHA. Akan lebih baik jika kita bisa merekomendasikan mereka ke komunitas ODHA yang ada. Diharapkan dengan memasuki komunitas ODHA tersebut, para ODHA akan bisa saling mendukung dan bersemangat dalam melanjutkan hidup tanpa perlu merasa dendam ataupun iri kepada orang-orang yang sehat.

Lantas, peran remaja dalam HIV dan AIDS?

Dengan berpedoman ” Katakan Tidak pada Narkoba, Jauhi Sex bebas serta perangi HIV dan AIDS”. Banyak cara yang bisa dilakukan dalam menjadi remaja yang sehat dan cerdas dalam menghindari HIV dan AIDS, diantaranya: 1) tidak melakukan sex di luar ikatan pernikahan, hal ini perlu dilakukan untuk menghidari terjadinya penularan penyakit HIV dan AIDS dari orang yang sakit ke orang yang sehat. Tentu kita tidak ingin tertular HIV dari orang lain hanya karena ingin mendapatkan kepuasaan sesaat lalu mendapat penderitaan seumur hidup. 2) setia pada pasangan untuk yang sudah menikah. Tidak gonta ganti pasangan merupakan cara yang efisien dalam mencegah HIV dan AIDS. Umumnya pasangan yang tetap hampir tidak beresiko pada penyakit HIV dan AIDS, karena tidak melakukan hubungan sex dengan orang lain. 3) menggunakan kondom setiap akan berhubungan sex. Bukan berarti melegalkan hubungan sex, hanya saja untuk menghindari terjadinya penularan HIV dari orang ke orang. Selain mencegah HIV dan AIDS, kehamilan juga bisa dicegah. Penggunaan kondom disarankan pada PSK dan waria karena ”pekerjaan” mereka beresiko tinggi. Selain itu, kondom juga berfungsi mencegah penularan HIV/ AIDS dari ayah ke ibu sehingga kandungan yang akan dilahirkan tidak terinfeksi HIV. 4) hindari bergaul dengan orang-orang yang beresiko tinggi (mis: Pekerja seks komersil, penguna narkoba khususnya jarum suntik, homoseksual dan waria). Kita tak pernah tau kapan kita akan tertular jika kita terlalu sering melakukan kontak dengan orang-orang yang beresiko. 5) tidak menggunakan jarum suntik atau melakukan transfusi darah. Kecuali dalam keadaan darurat (mis:kekurangan darah) dengan cara memastikan jarum telah steril dan darah berasal dari orang yang sehat , dll.

Peran remaja dalam memerangi HIV dan AIDS adalah dengan: 1) menjadikan diri sebagai teladan bagi keluarga dan masyarakat dengan berprilaku hidup sehat. Tidak melakukan sex bebas, tidak menggunakan Napza dan menjadikan diri sebagai contoh remaja yang patut ditiru oleh remaja lainnya dengan selalu berpedoaman ”No Sex, No Drugs, n No HIV/AIDS. 2) sebagai edukator, yaitu memberi informasi kepada orang yang masih sehat tentang bahaya HIV dan AIDS serta cara mencegahnya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara penyuluhan langsung; aksi anti HIV dan AIDS di jalan. Pemberian informasi bisa dilakuakan melalui pembuatan poster, leaflet, booklet, mengirim tulisan ke media masa (artikel, opini), dll. 3) sebagai motivator bagi orang-orang yang telah terinfeksi HIV dan AIDS. Merangkul ODHA dan melihat mereka sebagai teman bukan musuh. Memberikan semangat dan dukungan kepada ODHA sehingga mereka bersemangat hidup dan bisa produktif kembali. 4) sebagai advokator, dengan mempengaruhi penentu kebijakan terkait kebijakan tentang HIV dan AIDS. Mis: kebijakan tentang pelegalan penggunaan jarum suntik sendiri-sendiri di penjara dan pelegalan penggunaan Napza pada narapidana dalam hal terapi menghindari sakaw. Para narapidana yang ada di penjara masih bisa memperoleh Napza khususnya yang suntik dari luar dan mereka menggunakan jarum suntik secara bersama-sama. Hal ini terjadi karena para narapidana sebelum masuk ke penjara sebagian besar telah menggunakan Narkoba dan mereka tak bisa berhenti mendadak begitu saja. Jadi untuk menghindari terjadinya penularan HIV dan AIDS akan lebih baik jika mereka diberikan jarum sendiri-sendiri. Terapi mengurangi dosis ketergantungan Napza bisa dilakukan oleh penjaga penjara kepada narapidana yang sakaw.

Diharapkan remaja bisa menjadi agent perubahan di masyarakat dalam memerangi HIV dan AIDS, sex bebas dan narkoba. You can do it!!

Cari songket ke bukit tinggi Berburu ke padang Mahsyar

Songket nan indah berenda putih Unta dikejar ular yang dapat

Pandai-pandai remaja menjaga diri Gaul-gaul remaja bawa badan

Badan sehat hidup berprestasi Jauh sex bebas jauh narkoba

lima_green@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar